Senin, 09 Mei 2016

PDB, PERTUMBUHAN, DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI || SoftSkill

di Mei 09, 2016

PEREKONOMIAN INDONESIA#



TUGAS SOFTSKILL



NAMA                        : RENITA HELENA

NPM                           : 25215762

KELAS                       : 1EB14

DOSEN                      : SULASTRI



PDB, PERTUMBUHAN, DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI


A. Produk Domestik Bruto (PDB)

Dalam bidang ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung Pendapatan Nasional.

Antara tahun 1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh dengan persentase rata – rata per tahunnya hampir tujuh persen. Pencapaian ini memampukan perekonomian Indonesia bertumbuh dari peringkat “Negara berpendapatan rendah” menjadi “Negara berpendapatan menengah ke bawah”. Kendati begitu, Krisis Finansial Asia yang meletus pada akhir tahun 1990-an mengakibatkan dampak sangat negatif untuk perekonomian Indonesia, menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,6% pada tahun 1998 dan pertumbuhan yang terbatas pada 0,3% di 1999. Antara periode 2000 – 2004, pemulihan ekonomi terjadi dengan rata – rata pertumbuhan PDB pada 4,6% setiap tahunnya. Setelah itu, pertumbuhan PDB berakselerasi (dengan pengecualian pada tahun 2009 waktu, akibat guncangan dan ketidakjelasan finansial global, pertumbuhan PDB Indonesia jatuh menjadi 4,6%, sebuah angka yang masih mengagumkan) dan memuncak pada 6,5% di 2011. Kendati begitu, setelah 2011 ekspansi perekonomian Indonesia mulai sangat melambat.


B. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi

Di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinyatakan secara ekspilist bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun bukan suatu indikator yang bagus, tingkat kesejahteraan masyarsakat dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan Penadapatan Nasional Perkapita. Untuk dapat meningkatkan Pendapatan Nasional, pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan pertumbuhan PDB dan menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara – Negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan juga besar, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat perkapita dapat tercapai. Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial (ADB, 2004).

C. Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini

1. Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Orde baru (1966-1998)

Pemerintahan Orde Baru  menyadari sepenuhnya bahwa akibat konflik yang berkepanjangan penderitaan rakyat telah mencapai titik yang tertinggi. Kesejahteraan rakyat telah menjadi korban dan ambisi para petualang politik. Atas dasar kesadaran tersebut, maka pada awal Orde Baru Stabilisasi Ekonomi menjadi prioritas utama.



a) Stabilisasi Ekonomi

Pada permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha pengendalian tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pelaksanaan pembangunan Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal dengan sebutan “ Trilogi Pembangunan” yaitu sebagai berikut:

1) Pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

3) Stabilitas yang sehat dan dinamis.

Pelaksanaan Pola Umum Pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde Baru secara periodic 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).

Ø Pelita I (1969-1974), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita 1 menekankan pembangunan di bidang pertanian.

Ø Pelita II (1974-1979), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rakyat.

Ø Pelita III (1979-1984), sasaran yang hendak dicapai adalah Trilogi Pembangunan.

Ø Pelita IV (1984-1989), sasaran yang hendak dicapai adalah di bidang pertanian tercapainya swasembada pangan.

Ø Pelita V (1989-1994), sasaran yang hendak dicapai adalah upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa.

Ø Pelita VI (1994-1998), Pemerintah menitikberatkan pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia sebagai pendukungnya.



b) Dampak Revolusi Hijau dan Indiustrialisasi

Berikut upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menggalakkan revolusi hijau antara lain:

1) Intensifikasi Pertanian.

2) Ekstensifikasi Pertanian.

3) Diversifikasi Pertanian.

4) Rehabilitasi Pertanian.



Berikut dampak positif revolusi hijau antara lain:

1) Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh tani.

2) Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.

3) Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga Perekonomian Indonesia.



c) Dampak Kebijakan Ekonomi Orde Baru 
    Dampak Positif :

1) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

2) Swasembada beras.

3) Penurunan angka kemiskinan



2. Akhir Orde Baru

Krisis moneter yang melanda kawasan asia Tenggara menyebabkan ketidakstabilan Perekonomian Indonesia sejak pertengahan Juli 1997.



3. Era Reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju kearah perbaikan. Reformasi tahun 1998 menuntut adanya pembaharuan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum Masalah yang mendesak adalah upaya mengatasi kebutuhan pokok (sembako) dengan harga yang terjangkau masyarakat.

a) Masa Kepemimpinan B.J. Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)

Pada saat Pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan perubahan – perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. B.J. Habibie diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Tugasnya adalah Melanjutkan kebijakan yang telah dibuat  oleh sebelumnya, kemudian Habibie membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Berikut upaya – upaya yang dilakukan Habibie di bidang ekonomi antara lain:

1) Merekapitulasi perbankan.

2) Merekonstruksi Perekonomian Indonesia.

3) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.

4) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000.

5) Mengimplementasikan Reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.



Presiden B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor – Timor dari Wilayah Indonesia.



b) Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)

Pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid pun belum ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya menghadapi masalah – masalah yang kontroversial.



c) Masa Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)

Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah – masalah yang mendesak yang harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan – kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan – persoalan ekonomi antara lain:

1) Melakukan pembayaran utang luar negeri.

2) Memelihara dan memantapkan stabilitas Negara.

3) Memantapkan ekonomi nasional.

4) Privatisasi BUMN.

5) Memperbaiki kinerja ekspor.



d) Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – 2014)

Berikut kondisi dan kebijakan – kebijakan masa kepemimpinan SBY di bidang ekonomi antara lain:

1) Hingga Maret 2005 utang luar negeri U$$136.6 miliar dan masa penundaan utang Paris Club 3 sudah habis.

2) Seratus hari pertama lebih banyak bicara ekonomi makro dari pada secara spesifik program peningkatan ekspor.

3) Pada tanggal 19 Desember 2004 SBY menaikkan haraga “BBM Mewah”.

4) Melanjutkan pertumbuhan ekonomi Megawati, diperkirakan pertumbuhan ekonomi nya naik hingga 4,4 – 4,9% dan inflasi meningkat yakni 5,5%.

5) Menaikkan pendapat perkapita dengan mengandalkan pembangunan infrasruktur, misal dengan mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor dengan janji akan memperbaiki iklim investasi.



e) Perkembangan Ekonomi di Tahun 2015

Awal tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi kondisi perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah satu Negara yang baru saja mengalami perombakan politik, serangkaian kebijakan baru tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian di tahun lalu mengalami perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun 2015 perekonomian Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi Internasional yang terbilang pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah data yang dikumpulkan dari data – data Bank Indonesia dan sejumlah kalangan mengenai perkembangan ekonomi di tahun 2015.

Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing – masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan  perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental ekonomi nasional.

Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program penghematan anggaran.

Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.



D. Faktor - faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca  peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum. Padahal factor – factor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.




2. Faktor Eksternal

Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian  Negara – negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan  berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.



E. Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi, pada umumnya transformasi struktural. Yang didefinisikan sebagai suatu rangkain perubahan yang saling terkait satu sama lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor – faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Teori perubahan struktural menitikberatkan pada transformasi ekonomi yang dialami NB, yang semula bersifat subsisten menuju kesistem perekonomian yang lebih modern. Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisa perubahan struktur ekonomi, yaitu Arthur Lewis (Teori Migrasi) dan Horis Chenery (Teori transformasi Struktural).

1. Teori Arthur Lewis

Membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Teori ini mengamsusikan perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.



2. Teori Horis Chenery

Proses transformasi struktural akan mencapai tarafnya yang paling cepat bila pergerseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor. Dalam modal transformasi struktural, relasi antara pertumbuhan output disektor industri manufaktur, pola perubahan permintaan domestik kearah output industri dan pola perubahan perdagangan luar negeri







REFERENSI:






0 komentar:

Posting Komentar

 

Re's Archive Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template and web hosting Graphic from Enakei